
PIKIRAN RAKYAT – Keringat adalah proses alami tubuh untuk mengatur suhu, terutama saat kamu sedang beraktivitas, merasa cemas, atau berada di lingkungan panas. Namun, jika kamu merasa berkeringat secara berlebihan bahkan saat sedang santai atau berada di ruangan sejuk, bisa jadi kamu mengalami kondisi yang disebut hiperhidrosis.
Hiperhidrosis bisa menyerang berbagai bagian tubuh, mulai dari telapak tangan, kaki, ketiak, hingga wajah. Kamu mungkin merasa kesulitan berjabat tangan, memilih pakaian, atau bahkan harus berganti baju lebih dari sekali dalam sehari. Kondisi ini sering kali membuat aktivitas sederhana terasa merepotkan dan kadang memicu rasa malu, terutama saat berada di tempat umum atau bertemu orang baru.
Penyebab keringat berlebihan bisa bervariasi, mulai dari faktor genetik, gangguan saraf, hingga masalah hormon atau kesehatan tertentu. Karena itu, penting untuk memahami pola dan pemicunya agar kamu bisa menentukan langkah penanganan yang tepat. Jangan khawatir, kondisi ini bisa dikendalikan dengan pendekatan yang sesuai dan konsisten.
Daalam artikel ini, Pikiran-Rakyat.com akan membahas berbagai cara yang bisa kamu coba untuk mengatasi keringat berlebih. Apa saja?
Cara Mengatasi Keringat Berlebihan
Bagaimana cara mengurangi keringat berlebihan? Kamu bisa coba cara-cara di bawah ini.
Menghindari Makanan Pemicu Keringat
Beberapa jenis makanan dapat meningkatkan produksi keringat, terutama saat kamu sedang stres atau merasa tertekan. Makanan pedas, alkohol, serta makanan rendah serat dapat mengganggu sistem pencernaan dan memicu tubuh berkeringat lebih banyak.
Selain itu, makanan seperti bawang putih, bawang bombay, makanan tinggi lemak, minuman berkafein, dan es krim juga sebaiknya dibatasi. Menghindari makanan ini dapat membantu mengurangi risiko keringat berlebih, terutama jika kamu sering mengalaminya di situasi tertentu.
Mengontrol Stres
Tekanan emosional seperti stres atau kecemasan bisa menjadi pemicu utama keringat berlebih. Ketika kamu stres, tubuh melepaskan hormon adrenalin dan kortisol, yang membuat kelenjar keringat bekerja lebih aktif.
Untuk mengatasinya, kamu bisa mencoba aktivitas menenangkan seperti meditasi, yoga, menjalani hobi, atau berkonsultasi dengan psikolog. Dengan menjaga kesehatan mental, produksi keringat akibat stres pun bisa dikendalikan dengan lebih baik.
Mencukur Bulu Ketiak
Membersihkan bulu ketiak secara rutin dapat membantu mengurangi penumpukan kelembapan yang menjadi pemicu bau dan keringat berlebih. Rambut di area ketiak juga bisa menghambat kinerja antiperspiran, sehingga efeknya menjadi kurang maksimal.
Namun, setelah mencukur, sebaiknya tunggu sekitar dua hingga empat hari sebelum menggunakan produk antiperspiran untuk menghindari iritasi kulit. Memberi jeda ini penting agar kulit tetap sehat dan tidak mengalami peradangan.
Mengganti Sepatu Setiap Hari
Rotasi penggunaan sepatu setiap hari bisa menjaga kebersihannya dan mencegah kelembapan berlebih. Sepatu yang lembap menjadi tempat ideal bagi bakteri penyebab bau kaki, terutama saat kakimu sedang berkeringat.
Selain itu, penting juga untuk mencuci sepatu secara rutin agar terbebas dari debu, kotoran, dan mikroba. Gunakan juga kaos kaki berbahan penyerap keringat agar kaki tetap terasa segar dan kering sepanjang hari.
Menggunakan Antiperspiran
Antiperspiran bisa menjadi solusi efektif untuk mengurangi keringat berlebih. Berbeda dari deodoran yang hanya menutupi bau badan, antiperspiran mengandung aluminium yang membantu menahan produksi keringat.
Untuk hasil terbaik, aplikasikan antiperspiran pada kulit yang bersih dan kering, seperti setelah mandi atau sebelum tidur. Dengan begitu, kamu bisa lebih percaya diri menjalani aktivitas tanpa terganggu oleh keringat berlebih.
Mengenakan Pakaian yang Tepat
Memilih pakaian yang ringan, longgar, dan mudah menyerap keringat, seperti yang berbahan katun, bisa membantu mengurangi rasa gerah dan kelembapan berlebih di tubuh. Hindari bahan sintetis seperti polyester karena dapat memerangkap panas dan membuat kamu berkeringat lebih banyak.
Selain bahan, model pakaian juga penting. Hindari pakaian yang terlalu ketat karena menghambat sirkulasi udara di kulit. Dengan pakaian yang nyaman, kamu bisa menjalani hari lebih leluasa tanpa khawatir basah oleh keringat.
Menjaga Asupan Cairan
Minum air putih dalam jumlah cukup setiap hari membantu menjaga suhu tubuh tetap stabil dan mencegah tubuh memproduksi keringat secara berlebihan. Idealnya, konsumsi sekitar dua liter air per hari untuk mendukung hidrasi optimal.
Air putih juga mendukung fungsi organ, termasuk kulit dan kelenjar keringat, agar bekerja lebih seimbang. Dengan tubuh yang cukup cairan, kamu bisa mengurangi risiko dehidrasi dan menjaga area tubuh seperti ketiak tetap kering.
Apa Penyebab Keringat Berlebihan?
Berkeringat adalah proses alami tubuh, namun dalam beberapa kondisi, jumlah keringat yang keluar bisa lebih banyak dari biasanya. Salah satu pemicunya adalah aktivitas fisik seperti olahraga. Semakin sering kamu berolahraga dan semakin bugar tubuhmu, maka kelenjar keringat juga akan bekerja lebih aktif untuk membantu mengatur suhu tubuh.
Selain itu, demam juga dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan keringat lebih banyak. Ini merupakan mekanisme alami untuk menurunkan suhu tubuh dan menjaga hidrasi organ dalam. Pada wanita hamil, peningkatan suhu tubuh akibat perubahan hormon, peningkatan sirkulasi darah, dan metabolisme yang meningkat juga menjadi penyebab umum munculnya keringat berlebih.
Faktor genetik turut memainkan peran penting. Jika kamu berasal dari keluarga yang mudah berkeringat, kemungkinan besar kamu juga akan mengalami hal yang sama. Kondisi medis tertentu, termasuk gangguan hormon atau saraf, bisa menjadi penyebab keringat berlebihan dan memerlukan perhatian medis.
Beberapa faktor lain yang bisa memicu produksi keringat berlebih adalah obesitas, konsumsi makanan pedas atau berkafein, serta penggunaan obat-obatan tertentu seperti suplemen penurun berat badan.
Tak hanya itu, stres dan kecemasan juga berdampak besar. Dalam situasi emosional, tubuh merespons dengan memproduksi keringat yang biasanya lebih beraroma tajam karena tercampur dengan lemak dan protein yang mudah bereaksi dengan bakteri di kulit.***