OKE FLORES.COM - Di sudut paling selatan Tanah Rencong, di antara rimbunnya hutan Leuser dan gulungan ombak Samudera Hindia, ada satu kisah yang sedang ditulis oleh rakyatnya sendiri.

Bukan cerita biasa, melainkan babak baru perjuangan yang bisa mengubah masa depan: pemekaran Aceh Selatan menjadi kabupaten baru bernama Aceh Selatan Jaya.

Wacana ini bukan lagi sekadar bisik-bisik di balik meja kopi. Ia telah menjelma menjadi gerakan bersama, didorong oleh kebutuhan nyata, dipandu oleh semangat perubahan, dan disambut dengan dukungan dari berbagai penjuru.

Ketika Jarak Menjadi Luka

Bayangkan, warga Trumon atau Bakongan harus menempuh ratusan kilometer hanya untuk mengurus dokumen di pusat pemerintahan Tapaktuan. Jarak ini bukan hanya angka di peta tapi luka yang dirasakan setiap kali pelayanan lambat, sekolah jauh, atau rumah sakit tak terjangkau.

Aceh Selatan memang luas. Terlalu luas untuk dikelola dari satu titik. Maka hadirlah ide besar: memekarkan sebagian wilayah menjadi Aceh Selatan Jaya, dengan pusat pemerintahan dirancang di Trumon Raya. Sebuah langkah strategis untuk menghadirkan negara lebih dekat ke rakyat.

Dari Rencana ke Gerakan Nyata

Dalam beberapa bulan terakhir, rencana ini bukan hanya berkembang ia mulai berakar. Tim kajian dibentuk, tokoh adat menyatakan dukungan, fraksi-fraksi DPRK ikut menyuarakan persetujuan, dan bahkan Gubernur Aceh kala itu, Nova Iriansyah, memberikan restu terbuka.

Tak hanya itu, pencabutan moratorium pemekaran oleh pemerintah pusat menjadi sinyal kuat: waktunya daerah bangkit. Waktunya Trumon dan wilayah sekitarnya punya kendali atas nasib sendiri.

Tanah Kaya yang Terlupakan

Aceh Selatan Jaya bukan hanya tentang memecah wilayah. Ini soal mengelola potensi luar biasa yang selama ini belum tersentuh. Lihatlah kebunnya sawit, karet, cokelat menghampar luas. Lihat lautnya subur dan menjanjikan. Tapi semua itu seakan tidur karena pusat perhatian terlalu jauh.

Jika pemerintahan lebih dekat, maka jalan bisa dibangun lebih cepat. Jika keputusan ada di tangan sendiri, maka ekonomi bisa tumbuh tanpa harus menunggu instruksi dari jauh.

Tantangan Besar, Peluang Lebih Besar

Tentu, jalan menuju pemekaran bukan tanpa lubang. Trumon Raya butuh infrastruktur: kantor pemerintahan, jalan, sekolah, hingga rumah sakit. SDM lokal harus disiapkan untuk jadi birokrat yang bukan sekadar duduk, tapi melayani. Jika ini tidak dirancang serius, pemekaran hanya akan menambah masalah baru.

Namun sejarah mencatat: daerah yang berani mengambil langkah besar, adalah mereka yang membuka jalan baru untuk generasi selanjutnya. Dan Aceh Selatan Jaya punya semua itu potensi, semangat, dan dukungan rakyat.

Harapan yang Tak Bisa Dihentikan

Aceh Selatan Jaya adalah suara rakyat yang ingin didengar. Ia bukan soal ego administratif, melainkan kebutuhan akan keadilan layanan, pemerataan pembangunan, dan kebangkitan ekonomi lokal. Ini bukan mimpi kosong ini adalah realitas yang sedang diperjuangkan.

Di setiap desa, di tiap perbincangan, harapan itu tumbuh. Dari ladang ke pelabuhan, dari sekolah ke surau nama "Aceh Selatan Jaya" mulai hidup, menjadi simbol perubahan.

Aceh Selatan Jaya untuk Masa Depan yang Lebih Dekat

Masyarakat sudah bicara. Tokoh sudah bersuara. Pusat sudah membuka jalan. Maka tak ada alasan untuk ragu. Aceh Selatan Jaya adalah masa depan yang lebih dekat, lebih manusiawi, dan lebih adil bagi mereka yang selama ini berada di pinggiran.

Dan ketika hari itu tiba saat nama Aceh Selatan Jaya resmi berdiri di peta Indonesia maka sejarah akan mencatat: inilah kabupaten yang lahir dari tekad rakyat, dibangun oleh semangat kolektif, dan dimajukan oleh tangan-tangan yang tak pernah lelah bermimpi.***