TRIBUNSIOLO.COM, SOLO - Belakangan banyak berita penemuan ular di wilayah Solo Raya, yang mencakup Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, dan Wonogiri.
Ternyata, Solo Raya menjadi habitat tiga jenis ular hijau.
Dari kategori racunnya, ular-ular ini terbagi menjadi tiga tingkatan: high venom, low venom, dan tidak beracun.
Founder Rescuer Ular Exalos Indonesia, Janu Wahyu Widodo, mengungkapkan jika persebaran ketiga jenis ular ini merata di seluruh wilayah Solo Raya.
Alasannya di Solo Raya, banyak tempat yang menjadi habitat ular, seperti semak, perkebunan, dan sungai.
Ular hijau yang termasuk dalam kategori high venom adalah Trimeresurus insularis, atau yang dikenal sebagai ular hijau ekor merah.
Janu menjelaskan karakteristik ular ini yang cenderung pasif dan aktif pada malam hari.
"Ular ini memang warnanya hijau, ekornya merah, panjang maksimalnya adalah 1 meter. Secara visual, bisa dilihat dari warna mata yang merah," ujarnya saat ditemui pada Kamis (17/5/2025).
Fatalitas ular hijau ekor merah
Menurut Janu, tingkat fatalitas ular hijau ekor merah tergolong tinggi, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan kobra.
"Tingkat kesembuhan dari gigitan ular ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kobra," jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa efek dari gigitan ular ini dapat menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit yang sangat, serta potensi nekrosis pada area yang tergigit.
"Maksimal bisa terjadi kematian, tetapi sangat sedikit sekali data yang menunjukkan korban gigitan yang meninggal," tambahnya.
Ular dengan kategori low venom adalah Ahaetulla prasina, atau ular pucuk.
Ular ini memiliki ciri fisik berwarna hijau dari kepala hingga ekor, panjangnya dapat mencapai 2,4 meter dan dikenal memiliki karakter agresif.
"Aktivitasnya siang hari, tetapi dia termasuk dalam kategori low venom. Efek dari gigitan ular ini hanya gatal," katanya.
Jenis ular hijau terakhir adalah Gonyosoma, atau ular bajing.
Janu memaparkan bahwa ular ini memiliki ciri fisik berwarna hijau dengan ekor berwarna silver, meskipun terkadang ekornya juga bisa berwarna kemerahan.
"Aktivitasnya siang hari, panjang maksimalnya bisa mencapai 2,4 meter, dan dia juga agresif jika terganggu," ungkapnya.
Janu menambahkan bahwa selama tahun 2024 hingga awal 2025, pihaknya hampir setiap hari menerima laporan mengenai keberadaan ular hijau dari masyarakat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com