Carstensz Pyramid Atau disebut juga sebagai Puncak Jaya, gunung ini berada di pegunungan Jayawijaya, Papua, dan merupakan bagian dari Tujuh Puncak Tertinggi di Indonesia, yakni tujuh puncak tertinggi di negeri kita. Dengan ketinggian mencapai 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl), puncak Gunung Carstensz menjadikannya destinasi impiannya bagi para pendaki.

Di luar Puncak Jaya, pegunungan Jayawijaya masih menyimpan keindahan dari dua puncak lainnya. puncak gunung yang lain adalah Puncak Mandala dengan ketinggian 4.760 meter di atas permukaan laut (mdpl) serta Puncak Trikora yang berada pada ketinggian 4.751 mdpl.

Nama Gunung Carstensz berasal dari Jan Carstenszoon, seorang pendaki asal Belanda yang merupakan orang pertama yang mencapai puncak gunung tersebut dan menggambarkan adanya salju di atas sana—meskipun hal itu agak mustahil untuk diterima karena wilayah Papua memiliki iklim tropis. Tahun 1963, ketika Papua resmi menyatu dengan Indonesia, nama puncak ini berubah menjadi Puncak Soekarno kemudian disebut juga sebagai Puncak Jaya. Akan tetapi, dalam komunitas pendaki, istilah 'Carstensz' terus menjadi nama yang umum digunakan.

Dilansir dari buku 9 Puncak Seven Summits Karya dari Anton Sujarwo, yaitu Jan Carstenszoon atau biasa disebut Jan Carstensz, merupakan seorang eksplorator berkebangsaan Belanda di masa Abad ke-17. Di tahun 1623, dia mengarahkan misi yang dikirim oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda dengan tujuan mendiskoveri pesisir selatan Papua New Guinea beserta kawasannya. Misi tersebut diluncurkan guna melanjutkan informasi yang dibawa Willem Janszoon beberapa dekade sebelumnya tentang penemuannya sebuah tanah baru pada tahun 1606.

Carstenszoon mengarungi lautan bersama dua buah kapal, yaitu Pera yang dikapitainnya sendiri, serta Arnhem yang ditumpangi oleh Willem Joosten van Colster. Perjalanan ekspedisi mereka mengeksplorasi pantai-pantai bagian selatan Papua New Guinea sebelum beralih kearah selatan mendekati Semenanjung Cape York dan Teluk Carpentaria. Saat melakukan perjalanan ini, dia berkomunikasi dengan masyarakat asli Australia dan mencatat apa yang dilihatnya tentang gaya hidup mereka. Di tanggal 8 Mei 1623, Carstenszoon pun terlibat dalam sebuah pertempuran melawan kira-kira 200 orang Aborigin di mulut sungai dekat Tanjung Duyfken.

Salah satu pencapaian utama Carstenszoon adalah mengobservasi adanya gletser di puncak gunung-gunung di bagian tengah Papua, yang dia namakan Sneebergh atau "Gunung Es". Ketika pulang ke Eropa dan menceritakan temuan tersebut tentang es di wilayah tropis, dirinya justru dicerca karena pernyataannya dinilai mustahil.

Berdasarkan pengetahuan sains waktu itu, keberadaan salju di daerah tropical dekat khatulistiwa dipandang mustahil. Saksi mata Carstenszoon bahkan sempat dianggap hanya lelucon selama berabad-abad. Namun, hampir dua ratus tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1909, seorang eksplorator Belanda bernama Hendrik Albert Lorenz secara langsung melihat lautan es tersebut dengan matanya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa apa yang dilihat Carstenszoon tidak semata-mata omong kosong dan pengamatan Lorenz mengkonfirmasi pencarian Carstenszoon akan fenomena langka tersebut.

Gunung ini termasuk dalam deretan keajaiban alam di Papua. Walaupun dikategorikan sebagai area tropis, pulau bagian paling timur Indonesia ini justru memiliki pegunungan tertinggi dengan kulit es yang konstan. Akan tetapi, lapisan esnya kini terus menipis setiap tahun. BMKG sudah melakukan pemantauan atas fenomena ini dalam beberapa tahun belakangan dan mereka memberi peringatan tentang kondisi pelelehannya yang semakin mengkhawatirkans.

Tidak hanya merupakan titik tertinggi di Indonesia, Carstensz Pyramid juga terdaftar sebagai bagian dari World Seven Summits, yakni deretan gunung tertinggi yang melambangkan tiap benua. Sebagaimana dikatakan oleh Britannica, World Seven Summits ini mengumpulkan berbagai puncak seperti Kilimanjaro di Benua Afrika, Gunung Elbrus di Benua Eropa, Denali di Amerika Utara, Gunung Aconcagua di Amerika Selatan, Everest di Asia, Vinson Massif di Antarktika, Kosciuszko di Australia, dan tak ketinggalan Puncak Jaya di Oseania.

Di samping itu, Carstenszoon juga memberi nama pada berbagai tempat di sepanjang pantai utara Australia, seperti Sungai Carpentier dan Teluk Carpentaria, untuk mengenang Pieter de Carpentier, Gubernur Jenderal. Hindia Belanda Pada masa tersebut, perjalanan petualangannya sangat berpengaruh dalam menggambarkan daerah Nusantara serta Australia, walaupun sejumlah temuan yang dia hasilkan hanya diterima beberapa tahun kemudian.

Mila Novita serta Hari Suroto juga memiliki andil dalam penyusunan artikel ini.