Tura Turu,RANTAU - Mendukung ketahanan pangan, Pemerintah Kabupaten Tapin menargetkan pencetakan sawah baru seluas 9.800 hektare dan program optimasi lahan (oplah) 2.250 hektare.
Namun, rencana ambisius itu mendapat perhatian serius dari Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Tapin, Nafeah.
Nafeah yang juga Ketua Poktan Sumber Harapan di Desa Bungur Baru, Kecamatan Bungur, mengingatkan agar rencana besar ini disiapkan secara matang, khususnya dari sisi teknis pengelolaan air dan infrastruktur irigasi.
“Harapan kita semoga ini bisa berjalan. Tapi jangan asal cetak sawah. Harus benar-benar direncanakan, supaya tidak gagal seperti proyek Hari Pangan Sedunia di Jejangkit, Barito Kuala, yang sampai sekarang tidak berlanjut dan lahannya kembali jadi semak,” kata Nafeah, Rabu (18/6).
Ia menyoroti wilayah bawah seperti Kecamatan Margasari, Candi Laras Selatan, dan Bekarangan yang memiliki potensi namun rawan gagal jika tidak ditunjang dengan sistem tata air yang baik.
“Kalau mau cetak sawah di daerah rawa, harus dibangun dulu pintu-pintu air dan tampungan. Kalau tidak, air susah dikendalikan, akhirnya tanaman tidak bisa tumbuh maksimal,” ujarnya.
Saat ini, Kabupaten Tapin memiliki sistem irigasi permukaan di Linuh yang melayani wilayah Bungur, Tapin Tengah, dan Tapin Selatan. Namun dengan curah hujan yang rendah, perebutan air antara petani padi dan petani perikanan sering kali terjadi.
“Kami di P3A bersama tim kabupaten sudah menyusun strategi. Rencananya akan dibentuk tim khusus agar tidak terjadi konflik penggunaan air di masa depan,” jelas Nafeah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tapin, Mohammad Triasmoro menyatakan, program cetak sawah dan oplah kali ini berbeda dari proyek sebelumnya yang minim fasilitas.
“Kalau dulu anggarannya hanya cukup untuk bangun jalan dan jembatan. Sekarang kita maksimalkan dengan teknologi pertanian,” tegasnya.
“Kalau Oplah itu untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP), sementara cetak sawah dilakukan di lokasi baru, di luar HGU dan Lahan Bekas Sawah (LBS),” jelas Triasmoro.
Seluruh lokasi yang menjadi sasaran berada di wilayah bawah Tapin, mencakup kecamatan Lokpaikat, Bakarangan, Tapin Selatan, Tapin Utara, Tapin Tengah, Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Binuang, hingga Bungur.
Terkait pendanaan, Triasmoro memastikan bahwa program ini tidak menggunakan dana APBD Kabupaten Tapin. “Anggaran dari APBD tidak ada sama sekali yang disiapkan. Semua ditanggung Kementerian Pertanian pusat,” tegasnya.
Triasmoro menyebut, cetak sawah akan menggunakan lahan tidur yang belum pernah digarap, sementara Oplah bertujuan meningkatkan indeks pertanaman dari sekali menjadi dua hingga tiga kali setahun.
Untuk mendukung keberhasilan program, Dinas Pertanian akan membentuk Brigade Pangan yang terdiri dari petani milenial usia di bawah 42 tahun. Setiap 200 hektare ditangani oleh 15 petani milenial, dan akan mendapat dukungan Rp 3 miliar berupa alat dan mesin pertanian modern seperti traktor, drone, hingga bantuan benih dan pupuk. “Yang jelas, bantuan hanya diberikan kepada kelompok tani yang punya komitmen. Kalau tidak sanggup, bantuan tidak disalurkan,” tegasnya.
Pengelolaan air juga akan melibatkan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan, khususnya untuk daerah rawa dan irigasi pompa.
Program Oplah sudah mulai dilaksanakan sejak 2024, sedangkan cetak sawah saat ini masih dalam tahap studi kelayakan (SID).(tar)