Tura Turu , Jakarta - Gencatan senjata antara Iran dan Israel yang dimulai pada Jumat, 13 Juni 2025, terus melemah. Hingga Senin, 16 Juni 2025, kedua negara masih saling meluncurkan rudal dan melakukan serangan udara. Baik Tel Aviv maupun Teheran menyatakan siap melanjutkan operasi militer jika situasi dianggap mendesak.

Sejumlah pihak menyerukan penghentian konflik, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, dan Arab Saudi. Namun, kedua belah pihak tidak menunjukkan tanda akan meredakan ketegangan.

Di tengah konflik, perhatian dunia tertuju pada fondasi ekonomi yang menopang kekuatan masing-masing negara. Israel mengandalkan teknologi tinggi, sementara Iran bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, terutama migas.

Sumber Kekayaan Israel

Israel memiliki fondasi ekonomi yang kuat di sektor teknologi. Bank Dunia mencatat pendapatan nasional bruto (PNB) Israel pada 2023 mencapai US$ 54.650 per kapita, atau sekitar Rp 819 juta dengan asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS. Meski turun 0,85 persen dibanding tahun sebelumnya, Israel tetap mencatat PDB sebesar US$ 514 miliar dan menempati peringkat ke-28 dari 195 negara versi oec.world.

Laporan Economic Surveys: Israel 2025 dari OECD menyebut teknologi sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi Israel. Negara ini dikenal agresif mengembangkan kecerdasan buatan dan mengintegrasikan sektor teknologi tinggi ke dalam perdagangan global. Pada 2023, ekspor produk teknologi tinggi menyumbang 53 persen dari total ekspor Israel.

Produk unggulan ekspor Israel meliputi sirkuit terpadu senilai US$ 9,99 miliar, berlian US$ 9,13 miliar, peralatan penyiaran US$ 3,34 miliar, instrumen medis US$ 2,56 miliar, dan minyak bumi olahan US$ 2,47 miliar. Amerika Serikat menjadi mitra dagang utama dengan nilai ekspor mencapai US$ 20,3 miliar, disusul Tiongkok US$ 7,09 miliar dan Irlandia US$ 4,22 miliar.

Secara keseluruhan, Israel juga menempati peringkat ke-24 dalam hal PDB per kapita dan ke-51 dalam total ekspor global. Stabilitas sektor teknologi memberi negara ini kekuatan ekonomi yang cukup untuk menopang konflik jangka panjang.

Sumber Kekayaan Iran

Berbeda dengan Israel, Iran mengandalkan sumber daya alam sebagai penopang ekonomi. Pendapatan nasional bruto negara ini pada 2023 tercatat sebesar US$ 4.650 per kapita, atau sekitar Rp 69 juta. Angka tersebut naik 13,14 persen dibanding tahun sebelumnya.

Iran dikenal sebagai salah satu produsen gas alam terbesar di dunia. Data dari eia.gov menyebut negara ini menempati posisi ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia dalam produksi gas alam kering. Lapangan gas South Pars/North Dome di lepas pantai menjadi aset energi utama, dengan produksi harian mencapai 1,2 miliar meter kubik pada 2021.

Di sektor minyak, Iran mencatat ekspor sebesar 1,61 juta barel per hari pada Maret 2024. Negara ini juga menyimpan cadangan minyak mentah sekitar 208,6 miliar barel, setara 13,3 persen dari total cadangan minyak global.

Selain energi, Iran menghasilkan sejumlah komoditas unggulan lain. Negara ini dikenal sebagai eksportir utama pistachio, dengan nilai ekspor mencapai US$ 840 juta pada 2008 dan menguasai hampir setengah pasar global pada 2010. Iran juga mengekspor saffron dan kunyit ke lebih dari 40 negara, termasuk Uni Emirat Arab, Spanyol, dan Prancis.

Komoditas ekspor lainnya mencakup polimer etilen senilai US$ 2,73 miliar, tembaga halus US$ 1,02 miliar, alkohol asiklik US$ 997 juta, aluminium mentah US$ 894 juta, dan minyak olahan US$ 595 juta. Sebagian besar ekspor ditujukan ke Tiongkok, Turkiye, Kuwait, Pakistan, dan India.

Iran juga mencatat diri sebagai eksportir domba dan kambing terbesar di dunia pada 2022, dengan nilai mencapai US$ 362 juta. Menurut oec.world, Iran menempati posisi ke-40 dalam PDB, ke-86 dalam total ekspor, ke-69 dalam impor, dan ke-116 dalam PDB per kapita.

Nurdin Saleh dan Khumar Mahendra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.