Tura Turu , LARANTUKA - Ribuan umat Katolik dan peziarah berbondong-bondong dari berbagai wilayah Indonesia dan manca negara mendatangi Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ( NTT) sejak Selasa 15 April sampai dengan hari ini, Kamis (17/1).
Para peziarah Katolik ini khusus datang untuk mengikuti seremoni sakral keagamaan Prosesi Paskah Semana Santa 2025.
Semana Santa bukan sekadar ceremoni keagamaan tetapi juga perpaduan budaya tradisional masyarakat setempat dan peninggalan sejarah ratusan tahun lalu dari bangsa Portugis.
Peziarah dan umat Katolik yang datang menghadiri Semana Santa memiliki alasannya masing-masing. Bukan hanya ingin berdoa tetapi juga ada keinginan merasakan pengalaman iman yang berbeda lewat upacara Semana Santa yang sakral dan murni.Semana Santa sebagai devosi pada Bunda Maria dan Tuhan Yesus dipercaya umat Katolik sebagai salah satu momen untuk menyampaikan ujud-ujud doa khusus.
Masyarakat dan peziarah meyakini bahwa setiap ujud doa yang dilantunkan dengan sungguh-sungguh, ikhas, dan khusyuk dalam perjalanan ziarah Semana Santa ini akan mendapat tempat di hati Allah.
Oleh karena itu, banyak dari peziarah juga orang sakit maupun membawa keluarga mereka yang sakit. Dalam Semana Santa ini mereka berdoa untuk mendapatkan kesembuhan dan pemulihan dari berkat cinta kasih Allah.
"Perjalanan Semana Santa ini memberikan pengalaman iman yang berbeda, bagaimana kita melihat orang-orang tetap teguh berdoa sepanjang waktu sejak Rabu Trewa. Ini benar-benar pengalaman iman yang luar biasa. Saya terharu melihat bagaimana berada di antara sesama umat Katolik dan berdoa bersama, saling menguatkan. Mengharukan. Saya juga membawa ujud doa untuk ibu saya yang sedang sakit. Saya mendengar bahwa banyak orang membawa ujud doa khusus di Semana Santa dan dikabulkan Tuhan. Tentu saya percaya bahwa Tuhan tidak pilih kasih dalam mendengarkan doa umatnya. Saya datang karena saya percaya dan ikhlas," tutur Stefan, salah satu peziarah dari Jawa Tengah yang antusias mengikuti prosesi Paskah Semana Santa ini.Semana Santa menjadi momen bagi peziarah untuk tak putus mendoakan setiap ujudnya sembari mengenang sengsara Yesus yang disalibkan untuk menebus dosa manusia.
Momen demi momen yang dimulai dari Rabu Trewa mengingatkan peziarah Katolik untuk kembali mengingat bagaimana perjalanan hidup yang telah dilalui selama ini dan tentang perjalanan Yesus menyiapkan diriNya sebelum disalibkan.
Perjalanan iman di Semana Santa ini pun tak hanya tentang berdoa tetapi juga keteguhan hati setiap peziarah untuk menjalani semua momen panjang.
Lelah tak menjadi soal bagi para peziarah, karena justru kekuatan dan keteguhan iman yang menguatkan para peziarah menjalani semua rangkaian prosesi Semana Santa.
Ada yang bilang di Semana Santa, iman pun diuji. Bukan Tuhan yang menguji tetapi bagaimana setiap peziarah menjalani ujian dengan diri sendiri dan merenung kembali setiap langkah dan perbuatan dalam kehidupan.
Antrean Panjang demi Menemui Tuan Ma dan Tuan Ana
Puluhan ribu umat Katolik dan peziarah telah memadati Kota Larantuka sejak momen Rabu Trewa.
Jumlah peziarah terus bertambah saat misa Kamis Putih di Gereja Katedral Larantuka. Usai misa suci Kamis Putih, umat dan peziarah berbondong-bondong mengantre untuk memberi penghormatan terhadap Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana (Tuhan Yesus) di Kapela Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana yang terletak di pusat kota dekat Gereja Katedral.
Masyarakat mengantre di depan Kapela Tuan Ana. Foto: Natalia Laurens/JPNN
Dua kapela itu sudah dibuka pada Kamis siang dengan seremoni berupa ibadat bersama masyarakat dan conferia setempat, termasuk Raja Larantuka.
Di dalam kapel itu terdapat patung Tuan Ma dan Tuan Ana. Masyarakat memberi penghormatan dengan mencium patung Tuan Ma dan Tuan Ana sembari menguntai ujud doa khusus pada Yang Maha Kuasa.
Di dalam ruangan kapela itu juga diletakkan berbagai hasil bumi dari masyarakat sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama ini.
Peziarah di dalam Kapela Tuan Ana antre untuk cium patung Tuan Ana. Foto: Natalia Laurens/JPNN
Sejak siang hingga malam puluhan ribu peziarah, tak patah arang berdiri mengantre sembari larut dalam doa. Antrean mengular hingga berkilo meter.
Cuaca panas dan hujan tak menghalangi peziarah dan umat Katolik untuk teguh berdiri di barisan antrean tersebut. Saat masuk ke dalam pintu kapela, para peziarah juga harus berjalan berlutut menuju patung Tuan Ma dan Tuan Ana.
Antrean peziarah di depan Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana. Foto: Natalia Laurens/Tura Turu
Bagian dari menghadapi tantangan dalam perjalanan iman nan sakral ini. Namun, para peziarah dengan ikhlas dan keteguhan hati menjalankan semua proses tersebut. Kebanyakan peziarah memakai baju hitam sebagai simbol berkabung atas sengsara Yesus Kristus.
Sampai dengan Jumat pagi, umat dan peziarah masih terus mengantre di depan Kapela Tuan Ma dan Tuan Ana sebelum sore hari dua patung tersebut akan diarak dalam prosesi. Hujan deras di Jumat pagi tak meruntuhkan niat para peziarah dan umat untuk tetap bergerak dalam antrean. (flo/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini: