bali.Tura Turu , DENPASAR - Gubernur Bali Wayan Koster mulai merancang proyek sensus kebudayaan yang akan berlangsung 2026.
Sensus kebudayaan ini murni dibiayai APBD Bali 2026.
Gubernur Koster mengatakan, sensus ini penting karena diperlukan data akurat mengenai kekayaan budaya baik kearifan lokal, adat istiadat, maupun kesenian di tiap desa adat.
“Supaya tahu seperti apa konkretnya kebudayaan Bali ini.
Cuma harus disiapkan anggaran, karena di pusat anggaran sedang dialihkan ke prioritas yang lain.
Jadi di perubahan ini kita akan menganggarkan perancangannya dahulu,” ujar Gubernur Koster dilansir dari Antara.
Menurut Gubernur Koster , materi sensus mulai disiapkan tahun ini, baik rancangannya, kuesioner hingga pendataan dan segala macamnya.
Yang akan menjadi objek pada sensus kebudayaan ini adalah 1.500 desa adat dengan subjeknya masyarakat yang menjalani adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokalnya.
Desa adat adalah lembaga penjaga kelestarian kebudayaan Bali, sehingga keragamannya bahkan hingga sejarahnya perlu diketahui melalui sensus.
Harapannya sensus kebudayaan bisa dilaksanakan pada 2026.
Koster menilai sensus kebudayaan saat ini memiliki urgensi, melihat kekayaan yang dimiliki Bali hanya kebudayaannya, bukan sumber daya alam seperti daerah lain.
Politikus PDI Perjuangan ini menegaskan karakteristik khusus tersebut perlu dijaga dengan dipetakan secara spesifik, sehingga akan benar setiap penanganannya jika memiliki basis data.
“Karakteristik Bali ini beda dengan provinsi lainnya, sedangkan asesmen BPS itu adalah seluruh Indonesia dengan parameter yang sama.
Kami juga butuh pendalaman soal karakteristik yang kami sangat butuhkan untuk mengetahui secara lebih dalam tentang Bali,” kata Gubernur Koster.
“Bali katanya pulau budaya dan budayanya begitu kaya dan unggul, tetapi kalau dikuantifikasi berapa banyak sih, apa saja ragamnya, seberapa besar di Bali ini.
Pada 2026, sudah bisa dilakukan sensus, supaya kita bisa melihat wah begini budaya Bali ternyata,” tutur Gubernur Koster. (lia/JPNN)