Tura Turu , JAKARTA β€” Aset industri asuransi syariah kompak tumbuh pada awal tahun. Pertumbuhan paling tinggi tercatat pada aset industri asuransi umum syariah , disusul reasuransi syariah dan asuransi jiwa syariah.

Berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terbaru, aset industri asuransi umum syariah per Januari 2025 tercatat sebesar Rp9,46 trliun, tumbuh 8,9% ( year on year /YoY) dibandingkan periode yang sama pada 2024.

Aset tersebut terdiri dari aset investasi dengan jumlah sebesar Rp7,11 triliun yang tumbuh 12,7% (YoY) dan aset bukan investasi sebesar Rp2,35 triliun yang mengalami kontraksi 1,09% (YoY).

Aset dari investasi paling besar disumbang oleh investasi pada Surat Berharga Syariah Negara alias SBN dengan nilai Rp3,45 triliun yang tumbuh 40,9% (YoY). Sedangkan dari aset bukan investasi paling besar dari komponen utang lainnya dengan nilai Rp1,45 triliun yang juga tumbuh 3,7% (YoY).

Berikutnya untuk industri reasuransi syariah, per Januari 2025 tercatat aset sebesar Rp2,96 triliun, tumbuh 7% (YoY). Aset itu terdiri dari aset investasi sebesar Rp2,38 triliun yang tumbuh 3% (YoY) dan aset bukan investasi sebesar Rp578,73 miliar yang juga tumbuh 34% (YoY).

Aset investasi paling besar dikontribusikan dari investasi Surat Berharga Syariah Negara dengan nilai Rp1,27 triliun, tumbuh 20% (YoY). Sedangkan untuk aset bukaninvestasi paling besar dari tagihan dengan nilai mencapai Rp236,71 miliar yang juga tumbuh 7% (YoY).

Adapun, untuk industri asuransi jiwa syariah, tercatat aset per Januari 2025 sebesar Rp33,99 triliun, tumbuh 3,65% (YoY). Aset tersebut terdiri dari aset investasi sebesar Rp26,76 triliun yang tumbuh tipis 0,4% (YoY), dan aset bukan investasi sebesar Rp7,22 triliun yang juga tumbuh 17,5% (YoY).

Seperti di kedua industri lain, aset investasi asuransi jiwa syariah paling banyak ditempatkan pada Surat Berharga Syariah Negara dengan nilai Rp10,09 triliun, tumbuh 25,8% (YoY). Sementara aset bukan investasi paling besar berupa aset lain sebesar Rp2,27 triliun, tumbuh 51,9% (YoY).

Sebelumnya, Ketua Bidang Hubungan Internasional Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia ( AASI ) Achmad Kusna Permana mengatakan pihaknya optimistis industri asuransi syariah di Indonesia masih punya ruang tumbuh, bahkan di tengah kondisi ekonomi yang sedang lemah.

"Jadi walaupun ada economic pressure makro seperti ini masih ada ruang untuk kita bisa terus tumbuh secara tahunan. Saya melihat tahun ini masih ada opportunity untuk tumbuh," kata Permana saat ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Rabu (16/4/2025).