Tura Turu , Jakarta - Paskah diperingati umat Kristiani di seluruh dunia pada 20 April 2025. Peringatan ini identik dengan simbol kelinci dan telur warna-warni, sebuah tradisi yang berasal dari budaya Barat modern. Namun, masyarakat Indonesia juga punya tradisi Paskah sendiri, berupa ritual dan adat istiadat yang unik.

Tradisi Paskah yang unik ini menarik perhatian wisatawan. Berikut tujuh tradisi Paskah yang dijalanan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, seperti dilansir laman Kementerian Pariwisata.

1. Buha-Buha Ijuk, Sumatra Utara

Masyarakat Sumatera Utara memiliki tradisi ziarah ke makam keluarga pada hari Minggu Paskah, yang dikenal dengan sebutan Buha-Buha Ijuk. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum ibadah ke gereja. Ziarah dimulai ketika lonceng gereja dibunyikan, umat keluar dari rumah mereka dan berjalan menuju makam keluarga masing-masing untuk berdoa dan memberikan penghormatan. Setelah itu, barulah mereka mengikuti ibadah di gereja.

2. Jalan Salib, Wonogiri, Jawa Tengah

Tradisi ini telah ada sejak Abad Pertengahan di Yerusalem dan menyebar ke Eropa dan berbagai belahan dunia . Di Indonesia, salah satu daerah yang terkenal menggelar prosesi Jalan Salib adalah Wonogiri, Jawa Tengah. Setiap Jumat Agung, umat setempat melakukan perjalanan sejauh sekitar tiga kilometer menuju puncak Gunung Gandul sambil memanggul salib berukuran besar. Prosesi ini merupakan simbol refleksi atas penderitaan Yesus Kristus yang memikul salib dalam perjalanan menuju Bukit Golgota di dekat Yerusalem, tempat penyalibannya.

3. Ziarah ke Gua Maria Puhsarang, Kediri, Jawa Timur

Di Kediri ada tradisi berziarah ke Gua Maria Lourdes Puhsarang setiap momen Paskah. Puhsarang sendiri adalah sebuah desa di Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, yang terkenal dengan Gereja Katolik Puhsarang dan kompleks ziarahnya. Dalam tradisi ini terdapat d rama Jalan Salib yang menggambarkan penderitaan Yesus Kristus sebelum disalibkan. Selain itu setelah prosesi Misa pada malam Paskah, banyak umat melanjutkan devosi ke Gua Maria Lourdes yang ada di kompleks Puhsarang.

4. Momento Mori, Kalimantan Tengah

Momento Mori berasal dari bahasa Latin yang berarti "ingatlah bahwa kamu akan mati." Tradisi yang diperkenalkan pada abad ke-19 saat masa penjajahan Belanda dijalankan pada Sabtu Suci dengan berkumpul di makam keluarga. Sepanjang malam hingga fajar, mereka menyalakan lilin dan menghiasi makam dengan bunga sebagai bentuk penghormatan. Saat matahari terbit pada Minggu Paskah peziarah untuk melanjutkan ibadah dan perayaan Paskah.

5. Jalan Salib di Bukit Doa Getsemani, Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Tradisi Jalan Salib saat Paskah juga dilakukan masyarakat Toraja. Tradisi ini dilakukan di Bukit Doa Getsemani, Makale, dengan 14 perhentian yang menggambarkan tahapan penderitaan Yesus. Umat berjalan kaki dari perhentian pertama hingga terakhir sambil berdoa dan merenungkan pengorbanan Kristus. Sepanjang j alan menuju puncak bukit dihiasi dengan patung-patung peristiwa sengsara Yesus, menciptakan suasana yang mendalam untuk refleksi spiritual.

6. Semana Santa, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur

Dalam bahasa Portugis, Semana Santa berarti "Pekan Suci". Tradisi masyarakat Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, ini memadukan budaya dan perayaan keagamaan yang menarik wisatawan.

Semana Santa dilaksanakan setelah Jumat Agung dan diawali dengan ziarah ke Kapel Tuan Ma, tempat penghormatan terhadap Bunda Maria. Rangkaian ritualnya mencakup doa untuk mengenang pengkhianatan Yesus oleh Yudas Iskariot, prosesi pemurnian patung Bunda Maria, serta puncaknya arak-arakan patung Yesus dan Bunda Maria yang berlangsung dengan penuh khidmat.

7. Kure, Nusa Tenggara Timur

Tradisi Paskah dijalankan oleh masyarakat Kote di Kota Noemuti, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Ritual ini berlangsung pada Kamis Putih dan Jumat Agung. Umat Katolik setempat melakukan ziarah dengan berjalan dari satu rumah ke rumah lainnya untuk berdoa dan merenungkan penderitaan Yesus Kristus.

Nama "Kure" berasal dari bahasa Latin currere, yang berarti berlari atau berjalan. Tradisi ini diyakini sebagai peninggalan misionaris Portugis sejak tahun 1642. Prosesi Kure diawali dengan pembersihan salib serta patung Yesus Kristus dan Bunda Maria, kemudian diakhiri dengan pemberian persembahan berupa uang, buah-buahan, sayuran, dan lontar sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan. Persembahan ini kemudian dibagikan kepada para peziarah, kelompok doa, serta peserta ritual lainnya.