Tura Turu News Di zaman dahulu, terdapat sejenis primata besar bernama Gigantopithecus blacki Hidup di hutan tebal Tiongkok selama dua juta tahun. Kera raksasa dengan tinggi sekitar 3 meter dan bobot melebihi 225 kg ini merupakan primata terbesar dalam sejarah.

Meski demikian, walaupun dapat bertahan hingga jutaan tahun, Gigantopithecus Apa sesungguhnya yang telah terjadi sehingga akhirnya pupus?

Ilmuwan sudah berusaha lama untuk mengetahui akar penyebab kehancuran tersebut. Gigantopithecus Sejak fosilnya dijumpai untuk pertama kalinya hampir seratus tahun silam.

Penelitian baru-baru ini yang dipublikasikan di jurnal Nature menunjukkan bahwa cara hidup spesies primata tertentu malah menyebabkan keraguan mereka. Ketika lingkungan hutan tebal beralih menjadi padang rumput yang lebih luas, Gigantopithecus Tidak dapat menyesuaikan diri dengan pergantian itu.

Penelitian ini menerapkan sejumlah teknik analisis seperti penanggalan geologi, rekaman pollen, serta indikator terdapat pada fosil gigi guna mengidentifikasi jadwal kehilangan spesies. Gigantopithecus .

Sahabat saya, Yingi Zhang, sudah melakukan penelitian tentang hal ini. Gigantopithecus blacki Selama lebih dari satu dekade," kata Kira Westaway, penulis utama studi tersebut dan seorang pakar geokronologi dari Macquarie University di Australia. Pertanyaan besar berikutnya yang masih menunggu jawaban adalah waktu pastinya ketika primate ini lenyap.

Tim Westaway menyadari bahwa Gigantopithecus Mereka hidup antara 2,3 juta hingga 215.000 tahun yang lampau. Para peneliti juga mengamati bahwa ada jumlah fosil gigi yang melimpah di gua-gua berusia sekitar 2 juta tahun yang lalu, namun di gua-gua yang lebih baru dari 300.000 tahun yang lewat, temuan semacam itu menjadi jarang. Ini menandakan bahwa populasi mereka perlahan-lama merosot dengan cepat mendekati periode kepunahan.

Perubahan Habitat yang Fatal

Berdasarkan bukti fosil serbuk sari, diketahui bahwa kira-kira 700.000 tahun yang lampau, lingkungan hidup tersebut telah ada. Gigantopithecus Mengalami transformasi signifikan. Kehutanan dengan hamparan pinus, birch, serta pohon kastanye mulai menipis, terganti oleh area padang rumput yang semakin luas. Ini mengakibatkan Gigantopithecus mengalami kesulitan menemukan jenis makanan yang umumnya dimakannya, seperti buah-buahan dan tumbuhan hijau segar.

Di sisi lain, jenis primate lain seperti Pongo weidenreichi —Kerabat orangutan modern berhasil bertahan dengan menyesuaikan cara makan mereka. Mereka beralih memakan tanaman berserat tinggi yang lebih banyak tersedia di sekitar habitat mereka.— Gigantopithecus Terlalu mengandalkan jenis makanan tertentu dan sulit untuk menyesuaikan diri secara cepat.

Penulis dalam studi ini menggambarkan dengan jelas hal tersebut. Gigantopithecus Terlalu spesifik dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang terjadi," ungkap Julien Louys, seorang pakar paleontologi dari Griffith University, Australia.

Kepunahan yang Tak Terhindarkan

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lain selain perubahan lingkungan berperan dalam terjadinya kepunasan tersebut. Gigantopithecus namun juga batasan adaptabilitasnya.

Dimensi badannya yang besar menyulitkan perpindahannya jarak jauh untuk mencari makanan, oleh karena itu ia harus bertahan dengan mengonsumsi ranting serta kulit pohon—namun hal tersebut ternyata belum cukup untuk memenuhi kebutuhan energinya.

Sekitar 215.000 tahun lalu, Gigantopithecus Akhirnya menghilang tanpa jejak. Meski begitu, teka-teki seputar makhluk prasejarah ini tetap membingungkan. Westaway mencatat bahwa beberapa contoh terkini dari spesies tersebut malahan menunjukkan dimensi yang lebih besar dibanding kebanyakan, namun penyebab fenomenal itu masih menjadi tanda tanya.

Selain itu, fosil Gigantopithecus Juga terdapat di Thailand, Vietnam, dan mungkin pula di Pulau Jawa. Apakah mereka punah karena alasan yang serupa, atau adakah elemen lain yang mempengaruhi hal tersebut?

Penemuan dalam penelitian ini menambah informasi berharga bagi pemahaman kita tentang dinamika kepunahan di wilayah Asia Tenggara saat itu," jelas Louys. Meski telah ditemukan banyak hal, masih tersisa sejumlah besar misteri yang harus diselesaikan terkait dengan spesies primate raksasa yang pernah tinggal di planet ini.