Penikmat lagu-lagu era akhir 1960-an hingga awal 1970-an, pasti sudah tidak asing dengan nama Ernie Djohan. Dia merupakan penyanyi tercantik sekaligus artis Tanah Air yang berjaya ketika itu.
Berbeda dari kebanyakan penyanyi Indonesia yang ingin go international, Ernie Djohan justru mulai merintis kariernya saat ia menetap di Singapura, mengikuti tempat bertugas ayahnya yang seorang diplomat.
“Ada yang bilang saya go international, padahal tepatnya bukan seperti itu. Saya ini berkarier di luar (luar negeri) bukan karena go international. Tapi saya memang tinggal di luar negeri. Jadi saya berkarier di luar baru kemudian ‘pulang kandang’ (kembali ke Tanah Air),” demikian kata Ernie Djohan.
Kebetulan, ayah Ernie, yakni Djohan Bakharudin, adalah seorang diplomat yang pada tahun 1953 bertugas di Belanda. Ernie yang ketika itu baru berusia 2 tahun pun menetap di negeri kincir angin selama hampir lima tahun.
Setelah itu sang ayah yang asli Minangkabau, bahkan masih tergolong keturunan Raja Pagaruyung, kembali memboyong keluarganya ke Singapura tempat dimana dia dipindahtugaskan.
Saat di Singapura itulah Ernie yang berangkat remaja mulai mengikuti beberapa lomba menyanyi, salah satunya adalah ajang Singapore’s All School Talentime dimana ia berhasil meraih juara pertama.
Tahun 1962 boleh dibilang adalah awal karier menyanyi Ernie Djohan ketika usianya baru 11 tahun. Sebuah perusahaan rekaman ‘Philips Singapura’ menawarkan rekaman lagu berbahasa Inggris dan Melayu kepada Ernie.
Sejak itu karier menyanyi Ernie terus melambung dan sering diundang menyanyi di berbagai tempat.
Namun, kiprah Ernie di Singapura tak bisa berlangsung lama karena pecahnya konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 1963. Presiden Soekarno memanggil pulang semua diplomatnya, termasuk ayah Ernie.
Di Indonesia, karier bernyanyi Ernie Djohan terus berlanjut dan cepat meraih popularitas. Sebagai penyanyi cilik Indonesia di era 1963-1965, ia kerap diminta menghibur untuk Tamu Negara oleh Presiden Bung Karno.
Kariernya semakin bersinar saat Ernie berhasil mendapatkan Golden Record dari Remaco Records lewat lagu hits-nya sepanjang masa, yaitu 'Teluk Bayur'. Karya musiknya ini memecahkan penjualan Album Terlaris pada masa itu.
Kemudian, pada 1968 Ernie menorehkan prestasi sebagai penyanyi Indonesia pertama yang go international karena dikontrak perusahaan rekaman di Belanda, Phillips Recording Holland.
Ernie juga diajak keliling Eropa untuk promosi, bahkan menjadi salah satu cover majalah entertainment terkenal saat itu yakni World Pop News edisi 1968 yang diterbitkan di Belanda, Inggris, dan Belgia.
Nah, pada tahap ini, Ernie baru bisa dikatakan betul-betul go international, bukan pada tahap awal kariernya di Singapura yang telah dikisahkan di atas.
Beberapa lagu Ernie Djohan yang terkenal dan seolah tak lekang waktu hingga hari ini adalah Teluk Bayur, Kau Selalu Di Hatiku, Mutiara Yang Hilang, Senja Di Batas Kota dan masih banyak lagi.
Lantas, apa kabar Ernie Djohan sekarang ini? Ia memang sudah jarang tampil di depan umum. Tapi, Ernie masih sehat di usianya yang sudah kepala tujuh (di atas 70 tahun).
Pada 2017 yang lalu, Ernie Djohan menggelar konser tunggal bertajuk ‘Ernie Djohan 55 Tahun Berkarya Untuk Bangsa’. Ernie juga sempat tampil bernyanyi di acara ‘reYUNIan’ pada Januari 2021 silam.
Berikut ini coba simak lirik lagu ciptaan Jessy Wenas pada 1967. Judul lagunya "Mutiara yang Hilang" yang dinyanyikan Ernie Djohan.
Tapi, salah satu lagu hits Ernie tersebut kemudian diklaim oleh Agus Muhadi sebagai ciptaannya.
Lama sudah aku mencari
ketenangan di dalam diri
atau tempat pautan hati
salahku sendiri
dikaulah mutiara yang lama kucari
sekarang berjumpa
mutiara yang hilang hanyalah kiasan
tapi dikau orangnya
kini aku telah bertemu
dia yang tlah lama kucari
mutiara yang hilang dulu
jumpa lagi
, merupakan versi asli dari Ernie Djohan.
Mutiara yang Hilang di kemudian hari juga muncul dalam versi aransemen yang lebih kekinian, antara lain dibawakan oleh Yuni Shara.
Dalam acara reuni alumni sekolah menengah tamatan tahun 1970-an (artinya yang ikut reuni sekarang usianya sudah di atas 60 tahun), lagu Mutiara yang Hilang sering berkumandang.